PENYADARAN

Pada suatu hari datanglah seorang pemuda kepada Rasulullah. "Ya Rasulullah! aku akan masuk Islam, namun perkenankanlah aku untuk tetap melakukan zina". Mendengar pernyataan pemuda itu spontan saja Umar bin Khottob menarik pedangnya. Bagi Umar, pernyataan semacam itu adalah suatu hal yang tidak bisa diterima. Tidak demikian halnya Rasulullah, beliau mempersilahkan pemuda itu menyelesaikan bicaranya, setelah itu baru Rasulullah balik bertanya, "Wahai Pemuda! Silahkan, seandainya Engkau akan masuk Islam (pemuda itu kemudian mengucapkan Syahadat). "Wahai pemuda! Apakah engkau mempunyai ibu, adik perempuan, kakak perempuan, bibi....? "Pemuda itu lalu menjawab,"Ya Rasulullah, saya punya, saya punya." Rasulpun bertanya kembali, "Bagaimana kalau para ahli keluarga perempuanmu itu dizinai orang? "Mendengar pernyataan itu raut muka pemuda itu berubah merah, "tidak! tidak! tidak ya Rasulullah! akan kubunuh orang yang menzinai mereka. "Lalu sambil tersenyum Rasulullah berucap, "wahai pemuda ketahuilah olehmu, Andaikan aku mengizinkanmu berzina, maka dalam waktu yang bersamaan aku telah mengizinkan orang lain menzinai anggota keluarga." Pemuda itu mengangguk "Ya Rasulullah! Kalau demikian aku akan masuk Islam dan tak akan berzina lagi."

Ada berapa hal yang dapat kita ambil berupa pelajaran dari dialog antara Rasulullah dengan pemuda tadi. Pertama, Rasulullah adalah seorang komunikator yang baik. Beliau tahu etika berkomunikasi dan berdiskusi. Tidak semua kesempatan diisinya dengan kata-kata, beliau tidak mendominasi pembicaraan. Kedua, dalam mengajak orang kejalan kebenaran, kata-kata Rasulullah sangat lembut, menyentuh kalbu penuh hikmah.

Beliau bukan menghakimi, tapi menyadarkan. Abu Hurairah melukiskan: "Nasehat Rasulullah menyejukkan hati. Tubuh kami bergetar mendengarnya. Ketika beliau mengakhiri khutbahnya, kami belum merasa puas.' Pelajaran yang kedua ini mestilah menjadi sarana instropeksi diri seorang da'i. Misi seorang da'i adalah pelanjut perjuangan Rasulullah yakni mengajak seorang kepada jalan kebenaran. Dalam menyadarkan orang-orang yang diseru (Mad'u), sang da'i haruslah mempunyai seni dalam mengajak orang. Dengan sikap yang baik, kata-kata yang bijak, dan didukung dengan argumentasi yang jelas serta dapat diterima.

Apalagi untuk hal-hal yang menyangkut hukum (doktrin) maka perlu sekali pemilihan `waktu' vang tepat. Allah memberi contoh yang menarik sekali dalam hal menyadarkan umat. Ada perbedaan antara ayat yang turun di Makkah dengan ayat yang turun di Madinah. Akan lebih jelas jika kita bercermin dari empat fase pelarangan khamr (Arak/minuman keras).

Ada tahapan- tahapan yang dilakukan Allah dalam merubah tradisi masyarakat waktu itu. Sehingga ketika turunnya ayat yang melarang minum khamr, maka spontan saja para sahabat melempar minumannya. Itu karena mereka telah sadar. Mereka telah siap untuk diperintah. Buah dari semua upaya yang Rasulullah lakukan dalam menyadarkan umat dapat kita lihat bagaimana beliau menyikapi orang Arab Badui yang mengotori masjid dengan air seninya (buang air kecil). Karena sikap penyadaran itulah orang Arab Badui itupun masuk Islam. Walaupun tidak semua orang mau menerima ajakan Rasulullah. Bagaimana dengan kita?

Wallahu 'alam

Postingan Populer